Strategi Pembelajaran Al-Quran dan Ibadah Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Oleh Amalia Safitri
Saya adalah seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di sebuah sekolah dasar di Ibu Kota DKI Jakarta, tepatnya di SDN Tanjung Barat 07 Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Sebelum saya mengajar di SDN Tanjung Barat 07, saya mengajar di sebuah sekolah menengah pertama yaitu SMP Garuda di daerah Jakarta Timur. Disana saya mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pelajaran Baca Tulis Quran (BTQ).
Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman saya mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP Garuda. Selama tiga tahun saya mengabdi sebagai pendidik disana membuat saya belajar banyak hal, seperti kesabaran dan keikhlsan. Pada perkenalan awal saya mengajar disana, saya sangat terheran karena banyak sekali peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran bahkan masih belum fasihnya dalam membaca surat Al-Fatihah. Dalam satu kelas hanya dua sampai lima orang yang dapat membaca Al-Quran. Setelah berjalan satu bulan saya mencoba untuk mengajak peserta didik melaksanakan praktek shalat di masjid samping sekolah. Ternyata mayoritas dari mereka belum hafal bacaan shalat dan gerakan shalatnya masih banyak yang harus diperbaiki. Akibatnya saya sebagai pengajar sangat sulit dalam mengajarkan materi Al-Quran dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena pada pembelajaran satu di mata pelajaran agama Islam yaitu peserta didik dapat membaca Al-Quran dengan tartil. Selain itu saya juga sulit untuk mengajarkan materi shalat sunah yang ada dalam materi pelajaran pendidikan agama Islam.
Permasalahan inilah yang membuat saya berfikir dan ingin membantu peserta didik agar bisa membaca Al-Quran minimal mereka dapat membaca huruf hijaiyah dengan makharijul huruf yang benar sesuai kaidah tajwid. Selain itu saya juga ingin mengajak peserta didik untuk belajar bacaan dan gerakan shalat dengan baik dan benar.
Dalam permasalahan inilah, saya mencoba untuk membuat beberapa strategi atau pendekatan yang saya terapkan dalam mengatasi masalah tersebut. Rencana pertama adalah program mengaji dengan membentuk kelompok disetiap kelas. Pertama saya mendata peserta didik yang sudah bisa membaca Al-Quran dengan bacaan yang sudah baik. Setelah saya data, saya mendapatkan ada lima peserta didik yang bacaan Al-Qurannya baik di setiap kelas. kelima peserta didik tersebut saya panggil untuk menjadi mentor bagi teman-temannya di kelas.
Pada saat di kelas, saya mengumumkan program mengaji dan saya langsung membuat lima kelompok. Setiap kelompok terdapat enam dan tujuh peserta didik yang didalamnya ada satu mentor yang sudah saya pilih. Jadi peserta didik setiap hari harus membawa iqra untuk dibaca di depan mentor setiap kelompoknya. Setiap mentor harus mencatat nama dan halaman iqra yang sudah dibaca. Waktu pelaksanaannya saya memberikannya bebas, boleh datang ke rumah temannya, di sekolah pada saat jam istirahat ataupun pada saat jam sebelum masuk kelas. Kebanyakan dari mereka menyetor bacaan datang ke rumah mentor tersebut. Seminggu sekali saya akan memeriksa catatan tersebut dan memberikannya paraf sekaligus menanyakan kendala apa saja selama program mengaji. Selain itu saya juga membimbing para mentor dalam membaca Al-Quran yang baik dan benar.
Selain program diatas, saya dibantu dengan pihak sekolah membuat program kedua yaitu tadarus sebelum masuk ke dalam kelas. Sebelum masuk ke pembelajaran pertama seluruh peserta didik tadarus beberapa surat juz amma yang dipimpin oleh guru-guru yang sudah dijadwalkan. Selang beberapa bulan pembacaan juz amma dipimpin oleh peserta didik yang sudah baik dan benar dalam bacaan Al-Qurannya.
Program yang ketiga saya bersama dengan teman saya membuat program extrakurikuler rohis yang dilaksanakan diluar jam sekolah. Pada saat itu kami memilih hari sabtu, dimana di sekolah pada saat itu hari sabtu tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Program rohis ini saya bersama teman saya membuat jadwal dan pembagian kelas dalam membimbing peserta didik dalam kegiatan ibadah seperti tadarus, praktek shalat dan tauhid.
Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di ruang kelas dan di masjid untuk praktek shalat. Extrakurikuler rohis menjadi extrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik dari kelas VII, VIII dan IX. Saya bersama teman saya membuat jadwal dan pembagian tugas, seperti saya membimbing di kelas VII di jam 07.00-09.00 WIB dan sebagian kelas IX di jam 09.30-11.30 WIB. Teman saya membimbing di kelas VIII di jam 07.00-09.00 WIB dan sebagian kelas IX di jam 09.30-11.30 WIB.
Materi yang diajarkan dalam kegiatan extrakurikuler tersebut adalah minggu pertama dan ketiga tadarus dan belajar tajwid. Minggu kedua yaitu belajar fiqih dimulai dengan belajar thaharah sampai dengan bacaan shalat fardhu dan gerakan shalat yang sesuai dengan kaidah fiqih. Minggu keempat belajar tentang tauhid yaitu pembahasan tentang rukun iman.
Selain program ini, saya bersama teman saya selalu membimbing peserta didik dalam pelaksanaan shalat zuhur dan shalat dhuha berjamaah di sekolah. Ketika shalat berjamaah saya bersama teman saya membagi tugas untuk mengawasi shalat zuhur dan shalat dhuha berjamaah untuk melihat gerakan shalatnya dan etika ketika shalat. Ketika ada peserta didik yang salah dalam gerakan shalat dan ada peserta didik yang bercanda ketika shalat, nama peserta didik akan dipanggil dan langsung mendapat teguran selesai shalat berjamaah dan harus mengulang kembali shalat zuhur atau shalat dhuhanya.
Hasil rencana dan strategi diatas mendapatkan respon yang baik dari pihak sekolah, guru-guru dan peserta didik. Terutama semangat peserta didik yang menjadi mentor dalam membimbing teman-temannya, karena mereka sangat senang dalam membantu teman-temannya. Namun ada beberapa peserta didik yang tidak menjalankan program mengaji karena beberapa alasan seperti malas dan malu karena masih iqra satu. Peserta didik yang seperti ini saya panggil dan berikan nasihat sekaligus memberikan solusi agar peserta didik tersebut bisa langsung mengaji kepada saya di luar jam belajar mengajar.
Perjalanan dalam rencana dan strategi tersebut tidak mudah dalam menjalankannya. Tetapi saya percaya bahwa secara perlahan peserta didik akan terjadi perubahan dalam mejalankan ibadahnya dan terutama dalam etika peserta didik. Hingga akhirnya, kejutan itu hadir. Satu tahun saya menjalankan strategi dan rencana tersebut alhamdulillah terdapat perubahan pada beberapa peserta didik seperti bisa mengenal huruf hijayah dengan makharijul huruf, semakin semangat dalam membaca iqra agar segera bisa membaca Al-Quran, tatacara berwudhu dan gerakan shalatnya sudah semakin baik, memiliki kesadaran dalam melakasanakan shalat berjamaah dan tidak ada lagi yang bercanda ketika shalat berjamaah, dan nilai Pendidikan Agama Islam bisa mencapai KKM.
Saya sangat bersyukur kepada Allah swt karena telah diberikan kesempatan dan kemudahan dalam menjalankan strategi dan rencana tersebut. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada para kepala yayasan, kepala sekolah dan dewan guru yang selalu membantu dan mensupport strategi dan rencana ini. Saya juga sangat bangga dan mengucapkan terimaksih kepada semua peserta didik yang selalu menjadi semangat saya dalam mengajar pendidikan agama Islam di SMP Garuda dan selalu memotivasi saya dalam membuat rencana yang baru agar peserta didik menjadi pribadi yang selalu dekat kepada Allah swt.
Artikel ini saya buat sebagai seleksi Guru Motivator Literasi tahun 2021
Komentar
Posting Komentar